TINJAUAN
ULANG TENTANG ATOM DAN MOLEKUL DALAM KIMIA ORGANIK
A.
STRUKTUR
ELEKTRON DARI ATOM
Atom
terdiri dari proton, neutron dan elektron. Proton dan neutron berada di dalam
inti atom. Sedangkan elektron terus berputar mengelilingi inti atom karena
muatan listriknya. semua elektron bermuatan negatif (-) dan semua proton
bermuatan positif (+) . sementara itu neutron bermuatan netral. Elektron
bermuatan yang bermuatan negatif (-) ditarik oleh proton yang bermuatan positif
(+) pada inti atom.
Dalam hal ini, semua atom di alam semesta akan terjadi
bermuatan positif (+) karena ada kelebihan muatan listrik positif (+) di dalam
proton. Akibatnya, semua atom akan saling bertolak satu sama lain.
Percobaan tabung sinar katode pertama kali dilakukan oleh
William Crookes (1875). Hasil ekperimennya yaitu ditemukannya seberkas sinar
yang muncul dari arah katode menuju ke anode yang disebut sinar katode.
George
Johnstone Stoney (1891) yand mengusulkan nama sinar katode disebut “elektron”.
Kelemahan dari stoney tidak dapat menjelaskan pengaruh elektron terhadap
perbedaan sifat antara atom suatu unsur dengan atom dalam unsur lainya.
Antonine Henri
Beecquerel
(1896) menemukan sinar yang dipancarkan dari unsur-unsur radioaktof yang
sifatnya mirip dengan elektron.
Joseph
John Thomson (1897) melanjutkan eksperimen William Crookes yaitu pengaruh medan
listrik dan medan magnet dalam tabung sinar katode.
Hasil
percobaan J.J Thomson menujukkan bahwa sinar katode dapat dibelokkan ke arah
kutub positif medan listrik. Hal ini membuktikan terdapat partikel bermuatan
negatif dalam suatu atom.
Besarnya muatan dalam eletron ditemukan oleh Robert Andreww
miliki (1908) melalui percobaan tetes Minyak Milikan seperti gambar berikut.
Minyak disemprotkan
kedalam tabung yang bermuatan litrik. Akibat gaya tarik grafitasi akan
mengendapkan tetesan minyak yang turun. Apabila tetesan minyak diberi muatan
negatif maka akan tertarik ke kutub positif medan listrik. Dari hasil percobaan
Milikan dan Thomson diperoleh muatan elektron-1 dan massa elektron 0.
Jika massa elektron 0 bearti suatu partikel tidak mempunyai
massa. Namun pada kenyataan nya partikel materi mempunyai massa yang dapat
diukur dan atom bersifat atom netral. Eugene Goldstein (1886) melakukan
eksperimen dari tabung gas yang memiliki katode, yang diberi lubang-lubang dan
diberi muatan listrik.
Hasil
eksperimen tersebut membuktikan bahwa pada saat terbentuk elektron yang menuju
anode, terbentuk pula sinar positif yang menuju arah berlawanan melalui lubang
pada katode. Setelah berbagai gas dicoba dalam tabung ini, ternyata gas
hidrogenlah yang menghasilkan sinar muatan positif yang paling kecil baik massa
maupun muatanya, sehingga partikel ini disebut proton. Massa proton = 1 sma (satuan
massa atom) dan muatan proton = +1
3)
Inti atom
Setelah penemuan proton dan elektron, Ernest Rutherford
melakukan penelitian penembakan lempang tipis emas. Jika atom terdiri dari
partikel yang bermuatan positif dan negatif maka sinar alfa yang ditembakkan
seharusnya tidak ada yang diteruskan/ menembus lempeng sehingga mincullah
istilah inti atom. Ernest Rutherford dibantu oleh Hans Geiger dan Ernest
Marsden (1911) menemukan konsep inti atom didukung oleh penemuan sinar X oleh
WC. Rontgen (1895) dan penemuan zat radioaktif (1896). Percobaan Rutherford
dapat digambarkan sebagai berikut.
Hasil
percobaan ini membuat Rutherford menyatakan hipotesisnya bahwa atom tersusun
dari inti atom yang bermuatan positif dan dikelilingi elektron yang bermuatan
negatif, sehingga atom bersifat netral. Massa inti atom tidak seimbang dengan
massa proton yang ada dalam inti atom, sehingga dapt diprediksi bahwa ada
partikel lain dalam inti atom.
4)
Neutron
Prediksi
dari Rutherford memicu W. Bothe dan H. Becker (1930) melakukan eksperimen
penembakan partikel pada inti atom berilium (Be) dan dihasilkan radiasi
partikel berdaya tembus tinggi.
James Chadwick (1932). Ternyata partikel yang menimbulkan
radiasi berdaya tembus tinggi itu bersifat nertal atau tidak bermuatan dan
massanya hampir sama dengan proton. Partikel ini disebut neutron dan
dilambangkan dengan n.
B. JARI-JARI
ATOM DAN KEELEKTRONEGATIFAN
Salah satu keunikan dari tabel
periodik adalah unsur-unsur kimia disusun berdasarkan kemiripan
sifat-sifatnya. Sifat-sifat suatu unsur dalam satu golongan maupun periode
menunjukkan pengulangan yang teratur (periodik).
1.
Sifat Keperiodikan Jari-Jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak yang
dihitung dari inti atom hingga lintasan paling luar suatu atom. Dalam satu
golongan, jari-jari atom meningkat dari atas ke bawah. Adapun dalam satu
periode, jari-jari atom meningkat dari kanan ke kiri. Dalam satu periode,
semakin ke kanan jumlah proton dan neutron semakin banyak sehingga gaya
tarik inti terhadap elektron terluar semakin kuat sehingga jari-jari atom
semakin kecil.
2.
Sifat Keperiodikan Energi Ionisasi
Energi
ionisasi adalah energi yang diperlukan suatu atom untuk melepaskan satu
elektron valensi membentuk ion positif. Perhatikanlah Gambar 1.10, dalam
satu golongan, dari atas ke bawah jumlah kulit bertambah sehingga jarak
elektron valensi ke inti atom bertambah dan elektron lebih mudah lepas.
Akibatnya, energi ionisasi dalam satu golongan meningkat dari bawah ke
atas. Adapun dalam satu periode, semakin ke kanan jumlah proton
dan neutron semakin banyak sehingga gaya tarik inti terhadap elektron
terluar semakin kuat. Akibatnya diperlukan energi yang lebih besar
untuk melepaskan elektron terluar. Dengan kata lain, dalam satu periode
energi ionisasi meningkat dari kiri ke kanan.
3.
Sifat Keperiodikan Afinitas Elektron
Afinitas
elektron adalah energi yang dibebaskan suatu atom dalam wujud gas untuk
membentuk ion negatif. Dalam satu golongan, afinitas elektron meningkat
dari bawah ke atas. Adapun dalam satu periode, afinitas elektron meningkat
dari kiri ke kanan.
4.
Sifat Keperiodikan Keelektronegatifan
Keelektronegatifan
adalah nilai kecenderungan suatu atom untuk menarik elektron dalam
pembentukan ikatan kimia. Dalam satu golongan, keelektronegatifan
meningkat dari bawah ke atas. Adapun dalam satu periode,
keelektronegatifan meningkat dari kiri ke kanan. Sifat keelektronegatifan
sangat penting dalam pembentukan ikatan antaratom.
Tidak
ada sifat tertentu yang dapat diukur untuk menetukan atau membandingkan
keelektronegatifan unsur-unsur. Energi ionisasi dan afinitas elektron berkaitan
dengan besarnya daya tarik elektron. Semakin besar daya tarik electron semakin
besar energi ionisasi, juga semakin besar (semakin negatif) afinitas elektron.
Jadi, suatu unsur (misalnya fluor) yang mempunyai energi ionisasi dan afinitas
elektron yang besar akan mempunyai keelektronegatifan yang besar.
Semakin besar keelektronegatifan, unsur cenderung makin
mudah membentuk ion negatif. Semakin kecil keelektronegati fan, unsur
cenderung makin sulit membentuk ion negatif, dan cenderung semakin mudah
membentuk ion positif.
C. PANJANG IKATAN DAN SUDUT IKATAN
1)
Hibridisasi orbital (Hibrid sp3)
Hibridisasi
menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah atom. Untuk
sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal (seperti metana, CH4),
maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang tepat
dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar karbon adalah 1s2 2s2 2px1
2py1. Yang artinya bahwa orbital 1s memiliki energi lebih rendah dari orbital
2s, dan orbital 2s berenergi sedikit lebih rendah dari orbital-orbital 2p.
Teori
ikatan valensi memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua orbital p yang
terisi setengah, bahwa C akan membentuk dua ikatan kovalen, yaitu CH2.
Namun, metilena adalah molekul yang sangat reaktif, sehingga teori ikatan
valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan keberadaan CH4.
Lebih
lanjut lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan untuk berikatan
dalam CH4. Walaupun eksitasi elektron 2s ke orbital 2p secara teori
mengijinkan empat ikatan dan sesuai dengan teori ikatan valensi (adalah benar
untuk O2), hal ini berarti akan ada beberapa ikatan CH4
yang memiliki energi ikat yang berbeda oleh karena perbedaan aras tumpang
tindih orbital. Gagasan ini telah dibuktikan salah secara eksperimen, setiap
hidrogen pada CH4 dapat dilepaskan dari karbon dengan energi yang
sama.
Untuk
menjelaskan keberadaan molekul CH4 ini, maka teori hibridisasi
digunakan. Langkah awal hibridisasi adalah eksitasi dari satu (atau lebih)
electron.
Proton
yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah satu elektron valensi
karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan elektron 2s ke orbital 2p.
Hal ini meningkatkan pengaruh inti atom terhadap elektron-elektron valensi
dengan meningkatkan potensial inti efektif.
Kombinasi
gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru yang dikenal sebagai
orbital hibrid. Dalam kasus atom karbon yang berikatan dengan empat hidrogen,
orbital 2s (orbital inti hampir tidak pernah terlibat dalam ikatan)
"bergabung" dengan tiga orbital 2p membentuk hibrid sp3 (dibaca
s-p-tiga).
Pada
CH4, empat orbital hibrid sp3 bertumpang tindih dengan orbital 1s
hidrogen, menghasilkan empat ikatan sigma. Empat ikatan ini memiliki panjang
dan kuat ikat yang sama, sehingga sesuai dengan pengamatan. Sebuah pandangan
alternatifnya adalah dengan memandang karbon sebagai anion C4−.
Dalam
kasus ini, semua orbital karbon terisi. Jika kita merekombinasi orbital-orbital
ini dengan orbital-s 4 hidrogen (4 proton, H+) dan mengijinkan
pemisahan maksimum antara 4 hidrogen (yakni tetrahedal), maka kita bisa melihat
bahwa pada setiap orientasi orbital-orbital p, sebuah hidrogen tunggal akan bertumpang
tindih sebesar 25% dengan orbital-s C dan 75% dengan tiga orbital-p C. HaL ini
sama dengan persentase relatif antara s dan p dari orbital hibrid sp3 (25% s
dan 75% p).
Menurut
teori hibridisasi orbital, elektron-elektron valensi metana seharusnya memiliki
tingkat energi yang sama, namun spektrum fotoelekronnya [3] menunjukkan bahwa
terdapat dua pita, satu pada 12,7 eV (satu pasangan elektron) dan saty pada 23
eV (tiga pasangan elektron). Ketidakkonsistenan ini dapat dijelaskan apabila
kita menganggap adanya penggabungan orbital tambahan yang terjadi ketika
orbital-orbital sp3 bergabung dengan 4 orbital hidrogen.
2)
Hibrid sp2
Senyawa
karbon ataupun molekul lainnya dapat dijelaskan seperti yang dijelaskan pada
metana. Misalnya etilena (C2H4) yang memiliki ikatan
rangkap dua di antara karbon-karbonnya. Struktur Kekule metilena akan tampak
seperti: Ethene Lewis Structure. Each C bonded to two hydrogens and one double
bond between them.
Karbon
akan melakukan hibridisasi sp2 karena orbtial-orbital hibrid hanya akan
membentuk ikatan sigma dan satu ikatan pi seperti yang disyaratkan untuk ikatan
rangkap dua di antara karbon-karbon. Ikatan hidrogen-karbon memiliki panjang
dan kuat ikat yang sama. Hal ini sesuai dengan data percobaan.
Dalam
hibridisasi sp2, orbital 2s hanya bergabung dengan dua orbital 2p membentuk 3
orbital sp2 dengan satu orbital p tersisa. Dalam etilena, dua atom karbon
membentuk sebuah ikatan sigma dengan bertumpang tindih dengan dua orbital sp2
karbon lainnya dan setiap karbon membentuk dua ikatan kovalen dengan hidrogen
dengan tumpang tindih s-sp2 yang bersudut 120°. Ikatan pi antara atom karbon
tegak lurus dengan bidang molekul dan dibentuk oleh tumpang tindih 2p-2p
(namun, ikatan pi boleh terjadi maupun tidak).
Jumlah
huruf p tidaklah seperlunya terbatas pada bilangan bulat, yakni hibridisasi
seperti sp2.5 juga dapat terjadi. Dalam kasus ini, geometri orbital terdistorsi
dari yang seharusnya. Sebagai contoh, seperti yang dinyatakan dalam kaidah
Bent, sebuah ikatan cenderung untuk memiliki huruf-p yang lebih banyak ketika
ditujukan ke substituen yang lebih elektronegatif.
3)
Hibrid sp
Ikatan
kimia dalam senyawa seperti alkuna dengan ikatan rangkap tiga dijelaskan dengan
hibridisasi sp. Dalam model ini, orbital 2s hanya bergabung dengan satu
orbital-p, menghasilkan dua orbital sp dan menyisakan dua orbital p. Ikatan
kimia dalam asetilena (etuna) terdiri dari tumpang tindih sp-sp antara dua atom
karbon membentuk ikatan sigma, dan dua ikatan pi tambahan yang dibentuk oleh
tumpang tindih p-p. Setiap karbon juga berikatan dengan hidrogen dengan tumpang
tindih s-sp bersudut 180°.
4)
Hibridisasi dan bentuk molekul
Hibridisasi,
bersama dengan teori VSEPR, membantuk kita dalam menjelaskan bentuk molekul:
·
AX1 (contoh: LiH): tidak ada hibridisasi; berbentuk linear
·
AX2 (contoh: BeCl2): hibridisasi sp; berbentuk
Linear atau diagonal; sudut ikat cos −1(−1) = 180°
·
AX2E (contoh: GeF2): berbentuk V, < 120°
·
AX3 (contoh: BCl3): hibridisasi sp2; berbentuk
datar trigonal; sudut ikat cos−1(−1/2) = 120°
·
AX3E (contoh: NH3): piramida trigonal, 107°
·
AX4 (contoh: CCl4): hibridisasi sp3; berbentuk
tetrahedral; sudut ikat cos−1(−1/3) ≈ 109.5°
·
AX5 (contoh: PCl5): hibridisasi sp3d; berbentuk
Bipiramida trigonal
·
AX6 (contoh: SF6): hibridisasi sp3d2; berbentuk
oktahedral (atau bipiramida persegi)
Hal
ini berlaku apabila tidak terdapat pasangan elektron menyendiri (lone pair
electron) pada atom pusat. Jika terdapat pasangan elektron menyendiri, maka
elektron tersebut harus dihitung pada bagian Xi, namun sudut ikat akan menjadi
lebih kecil karena gaya tolak menolak. Sebagai contoh, air (H2O)
memiliki atom oksigen yang berikatan dengan dua H dan dua pasangan elektron
menyendiri, hal ini berarti terdapat 4 'elemen' pada O. Sehingga termasuk dalam
kategori AX4 dan terdapat hibridisasi sp3.
Dari
data panjang ikatan diatas, dapat disimpulkan panjang ikatan rangkap tiga lebih
pendek bila dibandingkan dengan ikatan rangkap dua dan ikatan tunggal, ikatan
rangkap dua lebih pendek dari ikatan tunggal. Dan ikatan C dengan H lebih
pendek dari ikatan tunggal antara C dengan C.
Panjang
dan kekuatan suatu ikatan tergantung dari hibridisasi dari atom yang saling
berikatan. Semakin besar karakter s dalam orbital yang digunakan atom-atom untuk
membentuk ikatan, semakin pendek dan kuat ikatan tersebut. Dibawah ini adalah contoh dari sudut ikatan dan panjang ikatan.

(a) C6H12 (Sudut 120derajat) (b) Benzen (Sudut 109,471 derajat)
C6 pada C yang berikatan biasa bentuknya berbeda dengan bentuk C yang saling berikatan pada benzen.
Panjang
ikatan rangkap tiga (C dengan C) : 1,2
Panjang
ikatan rangkap dua (C dengan C): 1,34
Panjang
ikatan tunggal (C dengan C): 1,52
Panjang
iktan antara C dengan H : 1,08
D.
ENERGI
DISOSIASI
Disosiasi adalah
penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih sederhana.
Sedangkan energi akan dilepas bila atom-atom bergabung bersama-sama membentuk suatu ikatan kimia. Energi disosiasi didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk memutuskan satu mol ikatan suatu spesi dalam keadaan gas. Dengan kata lain reaksi pembentukan suatu senyawa selalu berlangsung eksoterm sedangkan reaksi penguraian sengawa menjadi unsur-unsurnya berlangsung secara endoterm.
Sedangkan energi akan dilepas bila atom-atom bergabung bersama-sama membentuk suatu ikatan kimia. Energi disosiasi didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk memutuskan satu mol ikatan suatu spesi dalam keadaan gas. Dengan kata lain reaksi pembentukan suatu senyawa selalu berlangsung eksoterm sedangkan reaksi penguraian sengawa menjadi unsur-unsurnya berlangsung secara endoterm.
Satuan SI (standar internasional) energi ikatan adalah
kilojoule permol ikatan (kJ/mol). Dengan demikian kekuatan suatu
ikatan kimia ditentukan oleh energi ikatan yang besarnya bergantung pada sifat
ikatan antara atom-atom yaitu : ikatan ganda tiga lebih kuat ikatan rangkap dua
dan ikatan rangkap dua lebih kuat ikatan tunggal. Jarak ikatan atau panjang
ikatan ganda tiga lebih pendek dibanding ikatan ganda dua dan lebih pendek
dibanding tunggal. Semakin pendek suatu ikatan kimia, maka ikatan tersebut
semakin kuat. Jadi kekuatan ikatan kimia mulai dari terkuat ke yang paling
lemah adalah ikatan ganda tiga > ikatan rangkap 2 > ikatan tunggal.
Energi ikatan dalam molekul diatomik tidak sulit dipahami
karena hanya terdapat satu ikatan permolekul. Namun pada molekul poliatomik
seperti H2O keadaannya berbeda. Energi yang diperlukan untuk
memisahkan satu mol atom H dengan pemecahan satu ikatan H-OH permolekul berbeda
dengan energi yang diperlukan untuk memisahkan mol kedua dari atom H dari
pemecahan ikatan OH.
H-OH(g) →
H(g) + OH(g) ΔH = +492 kJ/mol
OH(g) →
H(g) + O(g) ΔH = +428 kJ/mol
Kebanyakan molekul energi ikatan rata-rata bersifat aditif
yaitu jumlah seluruh energi ikatan merupakan penjumlahan dari energi
masing-masing ikatan. Secara spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan
jarak ikatan dan beberapa energi ikatan. Energi ikatan dalam kJ/mol beberapa ikatan sebagai berikut:
Ikatan
|
Energi Ikatan
Rata-rata (kJ mol–1)
|
Ikatan
|
Energi Ikatan
Rata-rata(kJ mol–1)
|
C – C
|
348
|
C – Br
|
276
|
C = C
|
607
|
C – I
|
238
|
C ≡ C
|
833
|
H – H
|
436
|
C – H
|
415
|
H – F
|
563
|
C – N
|
292
|
H – Cl
|
432
|
C = N
|
619
|
H – Br
|
366
|
C ≡ N
|
879
|
H – I
|
299
|
C – O
|
356
|
H – N
|
391
|
C = O
|
724
|
H – O
|
463
|
C – F
|
484
|
H – S
|
338
|
C – Cl
|
338
|
H – Si
|
376
|
(Sumber: General
Chemistry, Principles and Structure, James E. Brady, 1990)
|
PERHITUNGAN YANG MELIBATKAN ENERGI
DISOSIASI
Reaksi-reaksi yang melibatkan fasa gas dapat diguankan suatu
hipotesis yakni semua ikatan dalam dalam pereaksi diputuskan dan kemudian
dibentuk lagi pada hasil reaksi. Jumlah perubahan energi pemutusan ikatan dan
pembentukan ikatan menghasilkan perubahan entalpi reaksi (ΔHreaksi).
Contoh Soal
Hitunglah perubahan entalpi reaksi (ΔHreaksi) untuk reaksi
CH4(g) + 4Cl2(g) →
CCl4(g) + 4HCl(g)
Penyelesaian
ΔH pemutusan ikatan
4 mol ikatan C-H = 4 x (+414 kJ/mol) = 1656 kJ
4 mol ikatan Cl-Cl = 4 x (+243 kJ/mol)= +972 kJ
ΔH pembentukan ikatan
4 mol ikatan C-Cl = 4 mol x (-326 kJ/mol)=-1304 kJ
4 mol ikatan H-Cl = 4 mol x (-431 kJ/mol) = -1724 kJ
Maka entalpi reaksi (ΔHreaksi)
ΔHreaksi = ΔHpemutusan ikatan +
ΔHpembentukan ikatan
=
+1656 kJ + 972 kJ – 1304 kJ – 1724 kJ = -400 kJ
E.
KONSEP ASAM DAN BASA DALAM KIMIA ORGANIK
1)
Asam
Asam merupakan salah satu penyusun
dari berbagai bahan makanan dan minuman, misalnya cuka, keju, dan buah-buahan.
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air akan melepaskan ion H+.
Jadi, pembawa sifat asam adalah ion H+ (ion hidrogen), sehingga
rumus kimia asam selalu mengandung atom hidrogen. Ion adalah atom atau
sekelompok atom yang bermuatan listrik. Kation adalah ion yang bermuatan
listrik positif. Adapun anion adalah ion yang bermuatan listrik negatif.
Sifat khas lain dari asam adalah
dapat bereaksi dengan berbagai bahan seperti logam, marmer, dan keramik.
Reaksi antara asam dengan logam bersifat korosif. Contohnya, logam besi dapat
bereaksi cepat dengan asam klorida (HCl) membentuk Besi (II) klorida (FeCl2).
Tabel beberapa contoh asam
Berdasarkan asalnya, asam
dikelompokkan dalam 2 golongan, yaitu asam organik dan asam
anorganik. Asam organik umumnya
bersifat asam lemah, korosif, dan banyak terdapat di alam.Asam anorganik umumnya bersifat
asam kuat dan korosif. Karena sifat-sifatnya itulah, maka asam-asam anorganik
banyak digunakan di berbagai kebutuhan manusia.
2)
Basa
Dalam keadaan murni, basa umumnya
berupa kristal padat dan bersifat kaustik. Beberapa produk rumah tangga seperti
deodoran, obat maag (antacid) dan sabun serta deterjen mengandung basa.
Basa adalah suatu senyawa yang jika
dilarutkan dalam air (larutan) dapat melepaskan ion hidroksida (OH-).
Oleh karena itu, semua rumus kimia basa umumnya mengandung gugus OH.
Jika diketahui rumus kimia suatu
basa, maka untuk memberi nama basa, cukup dengan menyebut nama logam dan
diikuti kata hidroksida.
Tabel beberapa contoh Basa
Perbedaan Sifat Asam dan Basa
Konsep pH, pOH dan pKw
Jumlah molekul air yang terionisasu sangat sedikit,
maka dianggap bahwa konsentrasi H2O tetap, sehingga K [H2O] akan
memberikan harga yang tetap. K [H2O] dilambangkan dengan
Kw, atau tetapan kesetimbangan air, maka Kw = [H+] [OH-].
Harga Kw akan berubah jika suhunya berubah. Reaksi ionisasi air merupakan
reaksi endoterm, sehingga bila suhu di naikkan, maka harga Kw akan semakin
besar. Pada suhu 25 derajat celcius harga Kw adalah 10-14.
Konsentrasi ion hidronium dalam suatu larutan encer
umumnya sangat rendah, tetapi sangat menentukan sifat-sifat dari larutan,
terutama larutan dalam air. Menurut Soresen, pH merupakan fungsi negatif
logaritma dari konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan,
dan dirumuskan sebagai:
pH=
-log [H+] .
Dengan analogi yang sama, untuk menentukan harga
konsentrasi OH- dalam larutan dapat digunakan rumus harga POH=
- log [OH-] dan dalam kesetimbangan air terdapat tetapan :
Kw= [H+] [OH-]
Jadi dengan menggunakan konsep –log = p, maka PKw=PH
+ POH, oleh karena pada suhu kamar Kw= 10-14, maka dapat disimpulkan
PH + POH = 14
REAKSI ASAM DENGAN BASA
Adapun reaksi antara asam dan basa yang biasa
disebut reaksi netralisasi. Reaksi netralisasi adalah reaksi antara
sebuah ion H+ dan sebuah ion OH- membentuk
sebuah molekul H2O dan akan membentuk garam apabila di uapkan.
Reaksi tersebut dapat dituliskan dalam berbagai bentuk, yaitu:
a) Reaksi
molekuler: HCl(aq) + NaOH(aq) --àNaCl(aq) +
H2O(l)
b) Reaksi
ion, pada reaksi ini ditunjukkan keadaan masing-masing molekul dalam larutan
yang sebenarnya mengalami ionisasi.
H+ +
Cl- + Na+ + OH- -à Na+ +
Cl- + H2O
DAFTAR
PUSTAKA
Terima kasih informasinya,, saya ingin bertanya asam basa organik itu termasuk asam basa kuat atau asam basa lemah??
BalasHapusBerdasarkan materi yang telah saya tulis di atas, Asam organik umumnya bersifat asam lemah, korosif, dan banyak terdapat di alam.Asam anorganik umumnya bersifat asam kuat dan korosif. Karena sifat-sifatnya itulah, maka asam-asam anorganik banyak digunakan di berbagai kebutuhan manusia. Begitu juga basa. Contoh basa lemah adalah NH3 dan Al(OH)3.
HapusApakah senyawa carbon itu termasuk senyawa organik??
BalasHapusSenyawa organik merupakan jenis senyawa karbon yang kompleks yang memiliki rantai karbon dengan panjang, bentuk, dan gugus alkil yang berbeda-beda.
HapusTidak semua senyawa karbon merupakan senyawa organik. Hal ini dikarenakan senyawa organik dominan disusun dari unsur hidrogen (H), oksigen (O), Sulfur (S), Phospat (P) dan nitrogen (N). Sedangkan senyawa anorganik tidak.
Terima kasih informasinya...mau nanya elektron dalam realita itu seperti apa??
BalasHapusTerima kasih atas pertanyaannya, saya ingin menjelaskan bahwa elektron adalah partikel subatomik ringan yang dikenal stabil. Elektron membawa muatan negative yang dianggap sebagai unit dasar dari muatan listrik. Massa diam elektron adalah 9,109 × 10-31 kg, yang hanya 1 / 1,840 dari massa proton. Oleh karena itu sebuah elektron dianggap hampir tak bermassa dibandingkan dengan proton atau neutron, dan massa elektron tidak termasuk dalam jumlah massa atom.
HapusYang artinya, elektron tidak ada dalam realita. Kenapa? Karena elektron termasuk dalam penyusun inti atom.
Sekian
Terimakasih infonya
BalasHapusSaya ingin bertanya, bagaimana hubungan energi disosiasi dengan jari-jari atom?
Jari-jari atom adalah jarak inti atom ke lintasan terluar.
HapusSedangkan energi ikatan/energi disosiasi (D) adalah energi yang dibutuhkan untuk memutuskan 1 mol ikatan kimia dalam suatu molekul gas menjadi atom-atomnya dalam fasa gas.
Jadi, hubungan antara keduanya yaitu :
Semakin besar jari-jari atom, semakin kecil energi disosiasinya.
Semakin kecil jari-jari atom, semakin besar energi disosiasinya.
Terima kasih
Apa yang terjadi jika suatu benda kelebihan atau kekurangan proton?
BalasHapusTerima kasih atas pertanyaannya. Menurut saya, sebuah benda tidak mungkin kelebihan muatan positif. yang ada adalah kekurangan muatan negatif (elektron).
BalasHapusMengapa? karena muatan yang dapat berpindah hanya muatan negatif (elektron) sedangakn muatan positif dan neutron (muatan netral) bergabung menjadi inti atom di pusat atom dan elektron bergerak mengitari inti atom sesuai keadaan kimianya . Dalam artian tingkat energi, kulit atom, jari jari atom, dan lain lain.