Orbital Dan Peranannya Dalam Ikatan Kovalen

A.    Gelombang
Gelombang adalah getaran yang merambat disertai dengan perpindahan energi tanpa memindahkan medium perantaranya. Dalam perambatannya, gelombang ternyata menunjukkan perilaku-perilaku khusus yang dikenal sebagai sifat-sifat gelombang. Gelombang memiliki ciri-ciri secara umum, yaitu :
1)      Dapat Dipantulkan atau Dicerminkan (Refleksi)
Peristiwa pemantulan gelombang ini telah Anda kenal pada saat mempelajari optik geometri. Pada peristiwa ini berlaku Hukum Pemantulan menurut Snellius.

2)      Dapat Dibiaskan (Refraksi)
Pembiasan dapat terjadi ketika gelombang melewati dua medium yang berbeda.

3)      Dapat Dilenturkan (Difraksi)
Difraksi (lenturan) terjadi ketika gelombang melewati sebuah celah sempit. 

4)      Dapat Digabungkan atau Dipadukan (Interferensi)
Interferensi gelombang terjadi ketika ada dua buah gelombang yang bersatu (berpadu) sehingga menghasilkan pola interferensi maksimum dan minimum. 

5)      Dapat Dikutubkan (Polarisasi)
Polarisasi adalah peristiwa terserapnya sebagian atau seluruh arah getar gelombang. Peristiwa polarisasi ini hanya terjadi pada gelombang transversal. 

6)      Dapat Diuraikan (Dispersi)
Mengapa dinding sekolah berwarna hijau? Mengapa langit berwarna biru? Hal ini karena cahaya matahari mengalami gejala dispersi. Cahaya matahari yang Anda lihat berwarna putih, sebenarnya terdiri atas sinar-sinar merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Ketika Anda melihat dinding sekolah berwarna hijau, artinya dinding sekolah memiliki kemampuan untuk memantulkan pigmen warna hijau, dan menyerap warna selain hijau.
Demikian juga yang terjadi ketika langit tampak berwarna biru. Ketika Anda melihat whiteboard berwarna putih, artinya seluruh pigmen warna dipantulkan ke mata kita, dan ketika papan tulis berwarna hitam, artinya seluruh pigmen warna diserap oleh papan tulis (tidak ada pigmen warna yang dipantulkan).

Sifat - Sifat dari Gelombang
1.      Sifat-sifat dari gelombang bunyi

1)      Gelombang Bunyi Memerlukan Medium Dalam Perambatannya
Karena gelombang bunyi merupakan gelombang mekanik, maka dalam perambatannya bunyi memerlukan medium. Hal ini dapat dibuktikan saat dua orang astronout berada jauh dari bumi dan keadaan dalam pesawat dibuat hampa udara, astronout tersebut tidak dapat bercakap-cakap langsung tetapi menggunakan alat komunikasi seperti telepon. Meskipun dua orang astronout tersebut berada dalam satu pesawat. Kemampuan medium untuk menggetarkan partikel berbeda – beda bahkan ada medium yang dapat meredam bunyi, misalnya air.

2)      Gelombang Bunyi Mengalami Pemantulan (Refleksi)
Salah satu sifat gelombang adalah dapat dipantulkan sehingga gelombang bunyi juga dapat mengalami hal ini. Hukum pemantulan gelombang: sudut datang = sudut pantul juga berlaku pada gelombang bunyi. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pemantulan bunyi dalam ruang tertutup dapat menimbulkan gaung. Yaitu sebagian bunyi pantul bersamaan dengan bunyi asli sehingga bunyi asli terdengar tidak jelas. Untuk menghindari terjadinya gaung maka dalam bioskop, studio, radio, televisi, dan gedung konser musik, dindingnya dilapisi zat peredam suara yang biasanya terbuat dari kain wol, kapas, gelas, karet, atau besi.

3)      Gelombang Bunyi Mengalami Pembiasan (Refraksi)
Salah satu sifat gelombang adalah mengalami pembiasan. Peristiwa pembiasan dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada malam hari bunyi petir terdengar lebih keras daripada siang hari. Hal ini disebabkan karena pada pada siang hari udara lapisan atas lebih dingin daripada di lapisan bawah. Karena cepat rambat bunyi pada suhu dingin lebih kecil daripada suhu panas maka kecepatan bunyi di lapisan udara atas lebih kecil daripada di lapisan bawah, yang berakibat medium lapisan atas lebih rapat dari medium lapisan bawah. Hal yang sebaliknya terjadi pada malam hari. Jadi pada siang hari bunyi petir merambat dari lapisan udara atas ke lapisan udara bawah.
Jika bunyi datangnya merambat vertikal ke bawah, pada malam hari, arah rambat bunyi dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, pada siang hari arah rambat bunyi dibiaskan menjauhi garis normal. Sesuai dengan hukum pembiasan gelombang bahwa gelombang datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat akan dibiaskan mendekati garis normal atau sebaliknya.

4)      Gelombang Bunyi Mengalami Pelenturan (Difraksi)
Gelombang bunyi sangat mudah mengalami difraksi karena gelombang bunyi di udara memiliki panjang gelombang dalam rentang sentimeter sampai beberapa meter. Difraksi adalah peristiwa pelenturan gelombnag ketika melewati celah, yang ukuran celahnya se- orde dengan panjang gelombangnya. Seperti yang kita ketahui, bahwa gelombang yang lebih panjang akan lebih mudah di difraksikan. Peristiwa difraksi terjadi misalnya saat kita dapat mendengar suara mesin mobil di tikungan jalan walaupun kita belum melihat mobil tersebut karena terhalang oleh bangunan tinggi di pinggir tikungan.

5)      Gelombang Bunyi Mengalami Perpaduan (Interferensi)
Gelombang bunyi mengalami gejala perpaduan gelombang atau interferensi, yang dibedakan menjadi dua yaitu interferensi konstruktif atau penguatan bunyi dan interferensi destruktif atau pelemahan bunyi. Misalnya waktu kita berada diantara dua buah loud-speaker dengan frekuensi dan amplitudo yang sama atau hampir sama maka kita akan mendengar bunyi yang keras dan lemah secara bergantian.

6)      Gelombang Bunyi Mengalami Pelayangan Bunyi
Interfensi yang ditimbulkan dari dua gelombang bunyi dapat menyebabkan peristiwa pelayangan bunyi, yaitu penguatan dan pelemahan bunyi. Hal tersebut terjadi akibat superposisi dua gelombnag yang memiliki frekuensi yang sedikit berbeda dan merambat dalam arah yang sama. Jika kedua gelombang bunyi tersebut merambat bersamaan, akan menghasilkan bunyi paling kuat saat fase keduanya sama. Jika kedua getaran berlawanan fase, akan menghasilkan bunyi paling lemah.

2.      Sifat  - Sifat  dari Gelombang Cahaya

1)      Gelombang Cahaya Mengalami Interferensi
Gelombang cahaya seperti halnya gelombang bunyi yaitu dapat berinteferensi. Untuk mendapatkan inteferensi cahaya pun diperlukan sumber cahaya yang koheren, yaitu sumber cahaya yang memiliki frekuensi sama, dan beda fase tetap. Sumber cahaya yang koheren dapat diamati dari percobaan yang dilakukan oleh Young dan Fresnell. Interferensi cahaya dapat menghasilkan pola gelap terang. Pola gelap dihasilkan dari interferensi destruktif (saling melemahkan) akibat penggabungan dua gelombang yang memiliki fase berlawanan. Pola terang dihasilkan dari interferensi konstruktif (saling menguatkan) akibat penggabungan dua gelombang yang memiliki fase yang sama.

2)      Gelombang Cahaya Mengalami Difraksi
Difraksi gelombang adalah proses pembelokan gelombang yang disebabkan oleh adanya penghalang berupa celah atau sudut penghalang yang menghalangi sebagian muka gelombang. Difraksi cahaya juga terjadi pada celah sempit yang terpisah sejajar satu sama lain pada jarak yang sama. Celah sempit itu disebut kisi difraksi. Semakin banyak celah pada sebuah kisi, semakin tajam pola difraksi yang dihasilkan pada layar. Difraksi maksimum terjadi jika pada layar tampak garis – garis terang. Pola difraksi yang dibentuk juga oleh sebuah celah bulat terdiri atas bentuk terang pusat yang dikelilingi cincin terang dan gelap.

3)      Gelombang Cahaya Mengalami Polarisasi
Polarisasi adalah proses penyaringan arah getar suatu gelombang. Alat untuk meyaring arah getar ini disebut polaroid. Salah satu contohnya adalah kristal. Polarisasi juga terdapat pada pemantulan dan pembiasan, dan pada pembiasan ganda. Penyerapan dan pemantulan kembali cahaya oleh partiket disebut hamburan. Jika cahaya tidak terpolarisasi datang pada suatu medium (gas), cahaya yang dihamburkan dapat terpolarisasi sebagian atau seluruhnya. Arah polarisasi sedemikian rupa sehingga tegak lurus terhadap bidang yang dibentuk oleh garis sinar datang dan garis penglihatan.

3.      Sifat - Sifat Gelombang Elektromagnetik

1)      Perubahan medan listrik dan medan magnet terjadi pada saat yang bersamaan.
2)      Arah medan listrik dan medan magnet saling tegak lurus.
3)      Kuat medan listrik dan magnet besarnya berbanding lurus satu dengan yang lain, yaitu menurut hubungan E = c . B.
4)      Arah perambatan gelombang elektromagnetik selalu tegak lurus arah medan listrik dan medan magnet.
5)      Gelombang elektromagnetik dapat merambat dalam ruang hampa.
6)      Gelombang elektromagnetik merambat dengan laju yang hanya bergantung pada sifat-sifat listrik dan magnet medium.
7)      Laju rambat gelombang elektromagnetik dalam ruang hampa merupakan tetapan umum dan nilainyac = 3 x 108 m/s.
8)      Gelombang elektromagnetik adalah berupa gelombang transversal.
9)      Gelombang elektromagnetik dapat mengalami proses pemantulan, pembiasan, polarisasi, interferensi, dan difraksi (lenturan).

B.     Orbital ikatan dan anti-ikatan
Orbital molekul terbagi menjadi dua, yaitu orbital ikatan dan orbital anti ikatan. Orbital ikatan (orbital bonding) adalah orbital yang berada di antara kedua inti yang membuat kedua atom saling terikat, sedangkan orbital anti ikatan (orbital anti bonding) adalah orbital yang berada di antara kedua inti dan saling berjauhan.
Perbedaan antara orbital molekul ikatan (OMI) dan orbital molekul anti ikatan (OMA-I) adalah :
1)      OMI memiliki energy yang lebih rendah dan kestabilan yang lebih besar dibandingkan dengan orbital-orbital atom pembentuknya, sedangkan OMA-I memiliki energy yang lebih tinggi dan kestabilan yang lebih rendah dibandingkan dengan orbital-orbital atom pembentuknya.
2)      Pada OMI, penempatan electron menghasilkan ikatan kovalen yang stabil, sedangkan pada OMA-I penempatan electron menghasilkan ikatan yang tidak stabil.
3)      Pada OMI, kerapatan electron lebih besar di antara inti atom yang berikatan, sedangkan pada OMA-I kerapatan electron mendekati nol di antara inti atom yang berikatan.
4)      Pada OMI, pembentukan orbital molekul ikatan berkaitan dengan interferensi konstruktif yang mengakibatkan terjadinya peningkatan amplitude, sedangkan pada OMA-I, pembentukan orbital anti ikatan berkaitan dengan interferensi destruktif yang mengakibatkan terjadinya penurunan amplitude.
5)      Pada OMI terjadi peningkatan kerapatan electron di antara kedua inti, sedangkan pada OMA-I terjadi penurunan kerapatan electron di antara kedua inti.
6)      OMI, mengarah pada pembentukan orbital molekul sigma, sedangkan pada OMA-I mengarah pada pembentukan orbital molekul anti ikatan sigma.

Orbital ikatan dan anti-ikatan dalam molekul hidrogen sederhana Pada pembahasan ini diasumsikan bahwa anda telah memahami bagaimana terbentuknya ikatan kovalen sederhana diantara dua atom. Orbital atom setengah isi pada tiap atom mengalami tumpang-tindih (overlap) untuk membentuk orbital baru (orbital molekul) yang berisi dua elektron dari kedua atom. Pada kasus dua atom hidrogen, masing-masing atom mempunyai satu elektron dalam orbital 1s. Atom-atom hidrogen ini akan membentuk orbital baru di sekitar kedua inti hidrogen.

Adalah penting mengetahui secara pasti apakah arti dari orbital molekul ini. Kedua elektron sangat mungkin ditemukan di orbital molekul ini – dan tempat yang paling mungkin untuk menemukan elektron adalah di daerah yang berada diantara garis dua inti. Molekul dapat terbentuk karena kedua inti atom tarik-menarik dengan kuat dengan pasangan elektron. Ikatan yang paling sederhana ini disebut ikatan sigma – suatu ikatan sigma adalah ikatan dimana pasangan elektron paling mungkin ditemukan pada garis diantara dua inti. Akan tetapi, semua ini adalah hasil penyederhanaan. Pada teori orbital molekul jika anda memulai dengan dua orbital atom, maka anda harus mendapatkan dua orbital molekul dan rupanya kita baru memperoleh satu orbital molekul. Orbital molekul kedua terbentuk, tetapi dalam banyak kasus (termasuk molekul hidrogen) orbital ini kosong, tidak terisi elektron. Orbital ini disebut sebagai orbital anti-ikatan. Orbital anti-ikatan mempunyai bentuk dan energi yang sedikit berbeda dari orbital ikatan. Diagram berikut menunjukkan bentuk-bentuk dan tingkat energi relatif dari berbagai orbital atom dan orbital molekul ketika dua atom hidrogen dikombinasikan.
Orbital anti-ikatan selalu ditunjukan dengan tanda bintang pada simbolnya. Perhatikan, ketika orbital ikatan terbentuk, energinya menjadi lebih rendah daripada energi orbital atom asalnya (sebelum berikatan). Energi dilepaskan ketika orbital ikatan terbentuk, dan molekul hidrogen lebih stabil secara energetika daripada atom-atom asalnya. Sedangkan, suatu orbital anti-ikatan adalah kurang stabil secara energetika dibanding atom asalnya. Stabilnya orbital ikatan adalah karena adanya daya tarik-menarik antara inti dan elektron. Dalam orbital anti-ikatan daya tarik-menarik yang ada tidak ekuivalen. Sebaliknya, anda akan mendapatkan tolakan. Sehingga peluang menemukan elektron diantara dua inti sangat kecil, bahkan ada bagian yang tidak mungkin ditemukan elektron diantara dua inti tersebut. Sehingga tak ada yang menghalangi dua inti untuk saling menolak satu sama lain. Jadi dalam kasus hidrogen, kedua elektron membentuk orbital ikatan, karena menghasilkan stabilitas yang paling besar dan lebih stabil daripada yang dimiliki oleh atom yang terpisah/tak berikatan, dan lebih stabil dari elektron dalam orbital anti-ikatan.

C.    Orbital hibrida karbon
Dalam kimia, hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuah molekul. Konsep ini adalah bagian tak terpisahkan dari teori ikatan valensi. Walaupun kadang-kadang diajarkan bersamaan dengan teori VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasi sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan teori VSEPR.
1.      Sejarah perkembangan
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4). Secara historis, konsep ini dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik.
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan kuantitatif. Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang melibatkan orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia umumnya tidak akurat.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model representasi dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom hidrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrodingernya memiliki penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-atom yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak memerlukan hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekul-molekul yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah.
Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan dalam metana.

2.      Hibrid sp3
Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah atom. Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal (seperti metana, CH4), maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar karbon adalah 1s2 2s2 2px1 2py1 atau lebih mudah dilihat:
{\displaystyle C\quad {\frac {\uparrow \downarrow }{1s}}\;{\frac {\uparrow \downarrow }{2s}}\;{\frac {\uparrow \,}{2p_{x}}}\;{\frac {\uparrow \,}{2p_{y}}}\;{\frac {\,\,}{2p_{z}}}}(Perhatikan bahwa orbital 1s memiliki energi lebih rendah dari orbital 2s, dan orbital 2s berenergi sedikit lebih rendah dari orbital-orbital 2p).
Teori ikatan valensi memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua orbital p yang terisi setengah, bahwa C akan membentuk dua ikatan kovalen, yaitu CH2. Namun, metilena adalah molekul yang sangat reaktif (lihat pula: karbena), sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan keberadaan CH4.
Lebih lanjut lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan untuk berikatan dalam CH4. Walaupun eksitasi elektron 2ske orbital 2p secara teori mengizinkan empat ikatan dan sesuai dengan teori ikatan valensi (adalah benar untuk O2), hal ini berarti akan ada beberapa ikatan CH4 yang memiliki energi ikat yang berbeda oleh karena perbedaan aras tumpang tindih orbital. Gagasan ini telah dibuktikan salah secara eksperimen, setiap hidrogen pada CH4 dapat dilepaskan dari karbon dengan energi yang sama.
Untuk menjelaskan keberadaan molekul CH4 ini, maka teori hibridisasi digunakan. Langkah awal hibridisasi adalah eksitasi dari satu (atau lebih) elektron:
Proton yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah satu elektron valensi karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan elektron 2s ke orbital 2p. Hal ini meningkatkan pengaruh inti atom terhadap elektron-elektron valensi dengan meningkatkan potensial inti efektif.
Kombinasi gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru yang dikenal sebagai orbital hibrid. Dalam kasus atom karbon yang berikatan dengan empat hidrogen, orbital 2s (orbital inti hampir tidak pernah terlibat dalam ikatan) "bergabung" dengan tiga orbital 2p membentuk hibrid sp3 (dibaca s-p-tiga) menjadi :
{\displaystyle C^{*}\quad {\frac {\uparrow \downarrow }{1s}}\;{\frac {\uparrow \,}{sp^{3}}}\;{\frac {\uparrow \,}{sp^{3}}}{\frac {\uparrow \,}{sp^{3}}}{\frac {\uparrow \,}{sp^{3}}}}Pada CH4, empat orbital hibrid sp3 bertumpang tindih dengan orbital 1s hidrogen, menghasilkan empat ikatan sigma. Empat ikatan ini memiliki panjang dan kuat ikat yang sama, sehingga sesuai dengan pengamatan.



sama dengan 


Sebuah pandangan alternatifnya adalah dengan memandang karbon sebagai anion C4−. Dalam kasus ini, semua orbital karbon terisi:
{\displaystyle C^{4-}\quad {\frac {\uparrow \downarrow }{1s}}\;{\frac {\uparrow \downarrow }{2s}}\;{\frac {\uparrow \downarrow }{2p_{x}}}{\frac {\uparrow \downarrow }{2p_{y}}}{\frac {\uparrow \downarrow }{2p_{z}}}}
Jika kita menrekombinasi orbital-orbital ini dengan orbital-s 4 hidrogen (4 proton, H+) dan mengijinkan pemisahan maksimum antara 4 hidrogen (yakni tetrahedal), maka kita bisa melihat bahwa pada setiap orientasi orbital-orbital p, sebuah hidrogen tunggal akan bertumpang tindih sebesar 25% dengan orbital-s C dan 75% dengan tiga orbital-p C. Hal ini sama dengan persentase relatif antara s dan p dari orbital hibrid sp3 (25% s dan 75% p).
Menurut teori hibridisasi orbital, elektron-elektron valensi metana seharusnya memiliki tingkat energi yang sama, namun spektrum fotoelektronnya menunjukkan bahwa terdapat dua pita, satu pada 12,7 eV (satu pasangan elektron) dan saty pada 23 eV (tiga pasangan elektron). Ketidakkonsistenan ini dapat dijelaskan apabila kita menganggap adanya penggabungan orbital tambahan yang terjadi ketika orbital-orbital sp3 bergabung dengan 4 orbital hidrogen.


3.      Hibrid sp2
Senyawa karbon ataupun molekul lainnya dapat dijelaskan seperti yang dijelaskan pada metana. Misalnya etilena (C2H4) yang memiliki ikatan rangkap dua di antara karbon-karbonnya. Struktur Kekule metilena akan tampak seperti:

                                       
Ethene Lewis Structure. Each C bonded to two hydrogens and one double bond between them.

Karbon akan melakukan hibridisasi sp2 karena orbtial-orbital hibrid hanya akan membentuk ikatan sigma dan satu ikatan pi seperti yang disyaratkan untuk ikatan rangkap dua di antara karbon-karbon. Ikatan hidrogen-karbon memiliki panjang dan kuat ikat yang sama. Hal ini sesuai dengan data percobaan.
Dalam hibridisasi sp2, orbital 2s hanya bergabung dengan dua orbital 2p:
membentuk 3 orbital sp2 dengan satu orbital p tersisa. Dalam etilena, dua atom karbon membentuk sebuah ikatan sigma dengan bertumpang tindih dengan dua orbital sp2 karbon lainnya dan setiap karbon membentuk dua ikatan kovalen dengan hidrogen dengan tumpang tindih s-sp2 yang bersudut 120°. Ikatan pi antara atom karbon tegak lurus dengan bidang molekul dan dibentuk oleh tumpang tindih 2p-2p (namun, ikatan pi boleh terjadi maupun tidak).
Jumlah huruf p tidaklah seperlunya terbatas pada bilangan bulat, yakni hibridisasi seperti sp2.5 juga dapat terjadi. Dalam kasus ini, geometri orbital terdistorsi dari yang seharusnya. Sebagai contoh, seperti yang dinyatakan dalam kaidah Bent, sebuah ikatan cenderung untuk memiliki huruf-p yang lebih banyak ketika ditujukan ke substituen yang lebih elektronegatif.

4.      Hibrid sp
Ikatan kimia dalam senyawa seperti alkuna dengan ikatan rangkap tiga dijelaskan dengan hibridisasi sp.

{\displaystyle C^{*}\quad {\frac {\uparrow \downarrow }{1s}}\;{\frac {\uparrow \,}{sp}}\;{\frac {\uparrow \,}{sp}}{\frac {\uparrow \,}{p}}{\frac {\uparrow \,}{p}}}Dalam model ini, orbital 2s hanya bergabung dengan satu orbital-p, menghasilkan dua orbital sp dan menyisakan dua orbitalp. Ikatan kimia dalam asetilena (etuna) terdiri dari tumpang tindih sp-sp antara dua atom karbon membentuk ikatan sigma, dan dua ikatan pi tambahan yang dibentuk oleh tumpang tindih p-p. Setiap karbon juga berikatan dengan hidrogen dengan tumpang tindih s-sp bersudut 180°.

Hibridasi dalam bentuk molekul
Hibridisasi membantuk kita dalam menjelaskan bentuk molekul:        
Jenis molekul
       Utama kelompok
        Logam transisi
AX2
·         Linear (180°)
·         hibridisasi sp
·         E.g., CO2
·         Tekuk (90°)
·         hibridisasi sd
·         E.g., VO2+
AX3
·         Datar trigonal (120°)
·         hibridisasi sp2
·         E.g., BCl3
·         Piramida trigonal (90°)
·         hibridisasi sd2
·         E.g., CrO3
AX4
·         Tetrahedral (109.5°)
·         hibridisasi sp3
·         E.g., CCl4
·         Tetrahedral (109.5°)
·         hibridisasi sd3
·         E.g., MnO4
AX5
-
·         Piramida persegi (73°, 123°)
·         hibridisasi sd4
·         E.g., Ta(CH3)5
AX6
-
·         Prisma trigonal (63.5°, 116.5°)
·         hibridisasi sd5
·         E.g., W(CH3)6
Secara umum, untuk sebuah atom dengan orbital s dan p yang membentuk hibrid hi dengan sudut {\displaystyle \theta }๐œƒ, maka berlaku: 1 + {\displaystyle \lambda }๐›Œi{\displaystyle \lambda }๐›Œ ๐›Œj cos({\displaystyle \theta }๐œƒ๐œƒ) = 0. Rasio p/s untuk hibrid i adalah {\displaystyle \lambda }๐›Œi2, dan untuk hibrid j {\displaystyle \lambda }๐›Œj2. Dalam kasus khusus hibrdid dengan atom yang sama, dengan sudut {\displaystyle \theta }๐œƒ, persamaan tersebut akan tereduksi menjadi 1 + {\displaystyle \lambda }๐›Œ2 cos({\displaystyle \theta }๐œƒ) = 0. Sebagai contoh, BH3 memiliki geometri datar trigonal, sudut ikat 120o, dan tiga hibrid yang setara. Maka 1 + {\displaystyle \lambda }๐›Œ2 cos({\displaystyle \theta }๐œƒ) = 0 menjadi 1 + {\displaystyle \lambda }๐›Œ2 cos(120o) = 0, berlaku juga {\displaystyle \lambda }๐›Œ2 = 2 untuk rasio p/s. Dengan kata lain terdapat hibrid sp2 seperti yang diperkirakan dari daftar di atas.

Teori hibridasi vs teori orbital molekul
Teori hibridisasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kimia organik dan secara umum didiskusikan bersama dengan teori orbital molekul dalam buku pelajaran kimia organik tingkat lanjut. Walaupun teori ini masih digunakan secara luas dalam kimia organik, teori hibridisasi secara luas telah ditinggalkan pada kebanyakan cabang kimia lainnya. Masalah dengan teori hibridisasi ini adalah kegagalan teori ini dalam memprediksikan spektra fotoelektron dari kebanyakan molekul, meliputi senyawa yang paling dasar seperti air dan metana. Dari sudut pandang pedagogi, pendekatan hibridisasi ini cenderung terlalu menekankan lokalisasi elektron-elektron ikatan dan tidak secara efektif mencakup simetri molekul seperti yang ada pada teori orbital molekul.













DAFTAR PUSTAKA
http://chemistry35.blogspot.co.id/2011/04/orbital-ikatan-dan-anti-ikatan-dalam.html
http://www.zakapedia.com/2013/07/sifat-sifat-gelombang-dalam-fisika.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Hibridisasi_orbital
https://ranaisugatri.wordpress.com/2015/01/11/orbital-molekul/
https://ranaisugatri.wordpress.com/2015/01/11/orbital-molekul/
http://aarin93.blogspot.co.id/2013/11/sifat-sifat-gelombang.html     



Komentar

  1. night gustiyawati..saya mau tanya jika sebuah atom dapat membentuk hibridisasi sp2 dan sp3, lalu manakah yang akan lebih stabil? terimakasih

    BalasHapus
  2. Mengapa arah kerambatan gelombang elektoemagnetik selalu tegak lurus kearah medan listrik dan medan magnet?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak memerlukan medium untuk merambat. Gelombang radio dan Sinar X atau Rontgen merupakan salah satu contoh gelombang elektromagnetik. Manfaat gelombang elektromagnetik sangat banyak diantaranya sebagai media komunikasi dan dimanfaatkan dalam bidang kesehatan seperti sinar X tersebut.

      Jadi, mengapa gelombang eletromagnetik selalu tegak lurus ke arah medan magnetik karena menurut Maxwell, gelombang elektromagnetik terjadi karena perubahan medan listrik dan menimbulkan medan magnet. Sehingga, karena timbulnya medan listrik ini maka akan memancarkan gelombang elektromagnetik

      Hapus
  3. Bagaimana cara menentukan hibridisasi suatu atom??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas pertanyaannya.
      Dalan menentukan orbital hibrida suatu senyawa atau ion dapat ditentukan hanya dengan menghitung jumlah elektron valensi tiap atom dalam senyawa atau ion itu dan dilakukan proses hitung sederhana hingga diperoleh kesimpulan yang cukup manjur.
      Ketentuan pembagi jumlah elektron valensi:
      1. Jumlah elektron 2 sampai 8 maka pembaginya adalah 2
      2. Jumlah elektron lebih dari 8 hingga 56 pembaginya adalah 8, jika ada sisa, maka sisa dibagi 2.
      3. Jumlah elektron lebih dari 56 pembaginya adalah 18, jika ada sisa ikuti ketentuan nomor 2.

      Demikian jawaban dari saya.

      Hapus
  4. Terimakasih gustiya, postingannya sangat bermanfaat. Sebelumnya saya ingin Bertanya, Bagaimana cara menentukan orde ikatan (bonding order) ini digunakan dalam teori orbital?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas pertanyaannya.
      Istilah orde ikatan (bonding order) ini digunakan dalam teori orbital molekul (molecule orbital theory). Menurut teori orbital molekul bahwa semua elektron dalam tiap atom dalam molekul turut terlibat dalam pembentukan ikatan dengan mengisi orbital-orbital, yaitu orbital molekul ikatan (bonding molecule orbital) dan orbital molekul antiikatan (antibonding molecule orbital). Berbeda dengan teori ikatan valensi bahwa dalam pembentukan ikatan antaratom hanya elektron valensi saja. Bagaimana menentukan orde ikatan suatu molekul atau ion? Biasanya dalam menentukan orde ikatan suatu molekul atau ion menggunakan rumus ½ dari selisih jumlah elektron dalam orbital molekul ikatan dengan jumlah elektron dalam orbital molekul antiikatan (ditandai dengan *). Dan tentu saja kita perlu lebih cermat dalam menghitung jumlah elektron pada orbital-orbital molekul itu.
      Sekian

      Hapus
  5. Assalaamu'alaikum, terima kasih atas informasinya. Namun ada yang ingin saya tanyakan. Hal apa yang menyebabkan terjadinya eksitasi pada atom?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya, apabila radiasi yang berinteraksi dengan atom tidak cukup energinya untuk menghasilkan ionisasi langsung, maka dapat mengakibatkan suatu elektron orbit tertentu berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi.
      Hal itulah yang menyebabkan terjadinya eksitasi pada atom.
      Terima kasih

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HIBRIDISASI ATOM KARBON,NITROGEN DAN OKSIGEN

REAKSI RADIKAL BEBAS

REAKSI SUBTITUSI DAN REAKSI ELIMINASI PADA SENYAWA ORGANIK