TUGAS TERSTRUKTUR III

1.      Jelaskan mengapa reaksi bersaing antara subtitusi dan eliminasi bisa terjadi?
Jawab:
a)      Reaksi subtitusi. Reaksi substitusi terjadi apabila sebuah atom atau gugus yang berasal dari pereaksi menggantikan sebuah atom atau gugus dari molekul yang bereaksi. Reaksi substitusi dapat terjadi pada atom karbon jenuh atau tak jenuh.
b)      Reaksi eliminasi. Dalam reaksi ini terjadi penghilangan 2 atom atau gugus untuk membentuk ikatan rangkap atau struktur siklis. Kebanyakan reaksi eliminasi menyangkut kehilangan atom bukan karbon. Dalam reaksi eliminasi dapat terjadi dua kemungkinan, yaitu:
Ø  Bila alkilhalida yang mempunyai atom H direaksikan dengan basa kuat, akan terjadi reaksi eliminasi dan terbentuk alkena. Karena proton yang dihilangkan terletak pada kedudukan terhadap halogen, maka reaksi ini disebut eliminasi Bila X adalah halogen, maka reaksi ini disebut dehidrohalogenasi. Eliminasi dapat pula terjadi bila X adalah gugus lepas yang baik, misalnya –OSO2R, -SR2 dan -SO2R.
Ø  Reaksi eliminasi terjadi jika 2 atom atau gugus yang dihilangkan berasal dari atom karbon yang sama. Misalnya t-butoksida akan menghilangkan proton dari tribromometan (bromoform). Selanjutnya tribromo karbanion akan kehilangan ion bromida, sehingga terbentuk dibromokarbena, suatu intermediet yang sangat reaktif, yang dapat ditangkap (trapped) dengan sikloheksena.

Persaingan Substitusi dan Eliminasi ditinjau dari reaksi antara alkil halida dengan kalium hidroksida yang dilarutkan dalam metil alkohol. Nukleofilnya adalah ion hidroksida, OH-, yaitu nukleofil kuat dan sekaligus adalah basa kuat. Pelarut alkohol kurang polar jika dibandingkan dengan air. Keadaan-keadaan ini menguntungkan proses-proses SN2 dan E2 jika dibandingkan dengan SN1 dan E1. Misalnya, gugus alkil pada alkil halida adalah primer, yaitu 1-bromobutana. Kedua proses dapat terjadi.

Hasilnya adalah campuran 1-butanol dan 1-butena. Reaksi SN2 cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang lebih polar (air), konsentrasi basa yang sedang, dan suhu sedang. Reaksi E2, cenderung terjadi jika digunakan pelarut yang kurang polar, konsentrasi basa yang tinggi, dan suhu tinggi. Seandainya kita mengganti alkil halida primer menjadi tersier, reaksi substitusi akan terhambat (ingat, urutan reaktivitas untuk reaktivitas SN2 adalah 1o >2o >> 3o). Tetapi, reaksi eliminasi akan cenderung terjadi karena hasilnya adalah alkena yang lebih tersubtitusi. Pada kenyataannya, dengan t-butil bromida, hanya proses E2 yang terjadi. 
Seandainya kita mengganti alkil halida primer menjadi tersier, reaksi substitusi akan terhambat (ingat, urutan reaktivitas untuk reaktivitas SN2 adalah 1o >2o >> 3o). Tetapi, reaksi eliminasi akan cenderung terjadi karena hasilnya adalah alkena yang lebih tersubtitusi. Pada kenyataannya, dengan t-butil bromida, hanya proses E2 yang terjadi.



Jadi, bagaimana kita mengubah butil bromida tersier menjadi alkoholnya? Kita tidak menggunakan ion hidroksida, melainkan air. Air merupakan basa yang lebih lemah daripada ion hidroksida, sehingga reaksi E2 ditekan. Air juga merupakan pelarut polar, yang menguntungkan mekanisme ionisasi. Dalam hal ini, E1 tidak dapat dihindari sebab persaingan antara E1 dan SN1 cukup berat. Hasil utama adalah hasil subtitusi (80%), tetapi eliminasi masih terjadi (20%).
Ringkasannya, halida tersier bereaksi dengan basa kuat dalam pelarut nonpolar memberikan eliminasi (E2), bukan subtitusi. Dengan basa lemah dan nukleofil lemah, dan dalam pelarut polar, halida tersier memberikan hasil utama subtitusi (SN1), tetapi sedikit eliminasi (E1) juga terjadi. Halida primer bereaksi hanya melalui mekanisme-mekanisme SN2 dan E2, karena mereka tidak terionisasi menjadi ion karbonium. Halida sekunder menempati kedudukan pertengahan, dan mekanisme yang terjadi sangat dipengaruhi oleh keadaan reaksi. Maka akan terbentuk reaksi substitusi dan eliminasi jika jumlah relative dari kedua produk tersebut tergantung pada kekuatan basa dan keruahan nukleofil atau basa. Makin kuat dan meruah basa maka dapat terbentuk nya eliminasi dan sebaliknya makin lemah basa maka terbentuk substitusi.

2.      Suatu alcohol dapat diubah menjadi eter atau sebaliknya. Jelaskan mengapa sifat kedua senyawa tersebut berbeda kontras? Dan berikan contohnya!
Jawab:
a)      Alkohol
Senyawa alkanol atau alkohol memiliki;                         
Ø  gugus fungsi :   C     OH
Ø  rumus umum struktur ;CnH2n+1 OH atau R-OH
Ø  rumus umum molekul ;CnH2n+2 O
Ø  sifat alkohol
1)      Semua alkohol berwujud cair pada suhu ruangan dengan massa jenis sekitar 0,8 gram/cm3, dan merupakan titik didih tinggi. Alkohol bercampur baik dengan air, sebab sama-sama merupakan senyawa polar.
2)      Alkohol bereaksi dengan logam natrium menghasilkan Na-alkanoat (Na alkoksida)
 2CH3OH    +     2Na   à  2CH3ONa    +   H2
metanol                               Na metanolat (Na metoksida)
3)      Alkohol dapat bereaksi dengan fosfor trihalida menghasilkan alkil halide
3C2H5OH      +    PCl3   à    3C2H5Cl      +     H3PO3
etanol                                              etil klorida
4)      Jika alkohol dipanaskan bersama-sama H2SO4 pekat, maka terjadi reaksi dehidrasi (atom H dan gugus OH dilepaskan dengan molekul air).
·         Pada suhu 130 - 140 derajat C menghasilkan eter
Contoh: 2CH3CH2OH  à CH3CH2OHCH2CH3   +   H2O
                                              etanol                                       dietil eter
·         Pada suhu 170 - 180 derajat C menghasilkan alkena
Contoh :      CH3CH2OH   à CH2 = CH2     +   H2O
etanol                                  etena
5)      Alkohol dapat bereaksi dengan asam karboksilat menghasilkan ester. Hal ini kita bahas pada pembuatan eter.

b)      Eter atau alkoksialkana
Merupakan senyawa turunan alkana. Satu atom H rantai alkana diganti oleh gugus alkoksi sehingga eter mamiliki dua gugus alkil.
R – H       R – OR'
alkana            eter
Ø  rumus umum struktur ;   R – O -R'
Ø  Rumus umum molekul ; CnH2n+2   
Ø  Sifat eter
Sifat-sifat eter yaitu: Pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa eter berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas). Jika dibandingkan dengan senyawa alkohol, titik didih dan titik leleh eter lebih keci. Ini terjadi karena antar molekul eter tidak membentuk ikatan hidrogen. Eter juga cenderung bersifat nono polar, sehingga kelarutannya dalam air sangat kecil. Selain itu eter bersifat mudah terbakar. Dibandingkan terhadap alkohol, eter jauh kurang reaktif kecuali dalam hal pembakaran.Eter jauh lebih mantap (lebih kurang reaktif) dibandingkan alkohol. Eter tidak bereaksi dengan logam natrium. Sifat ini dapat digunakan untuk membedakan alkohol dengan eter.



Dari uraian diatas dapat di tarik permasalahannya. jika kekuatan nukleofil juga dapat mengubah mekanisme reaksi yang dilalui oleh reaksi SN. Jika nukleofilnya kuat maka mekanisme SN2 yang terjadi. Bagaimana mengetahui apakah suatu nukleofil adalah kuat atau lemah?



Komentar

  1. Eliminasi adalah jalur alternatif ke substitusi. Berlawanan dengan reaksi adisi dan menghasilkan alkena. Eliminasi dapat berkompetisi dengan substitusi dan menurunkan jumlah produk, khususnya untuk SN 1.
    Jika alkil halida mempunyai atom hidrogennya pada atom karbon yang bersebelahan dengan karbon pembawa halogen akan bereaksi dengan nukleofil, maka terdapat dua kemungkinan reaksi yang bersaing, yaitu substitusi dan eliminasi.
    Halogen X dan hidrogen dari atom karbon yang bersebelahan dieliminasi dan ikatan baru (ikatan
    ) terbentuk di antara karbon-karbon yang pada mulanya membawa X dan H. Proses eliminasi adalah cara umum yang digunakan dalam pembuatan senyawa-senyawa yang mengandung ikatan rangkap.
    Seringkali reaksi substitusi dan eliminasi terjadi secara bersamaan pada pasangan pereaksi nukleofil dan substrat yang sama. Reaksi mana yang dominan, bergantung pada kekuatan nukleofil, struktur substrat, dan kondisi reaksi. Seperti halnya dengan reaksi substitusi, reaksi elimanasi juga mempunyai dua mekanisme, yaitu mekanisme E2 dan E1.
    Aturan Zaitsev untuk reaksi Eliminasi
    Pada eliminasi HX dari alkil halida, produk alkena yang lebih tersubstitusi adalah produk yang dominan.

    BalasHapus
  2. Baiklah saya akan menambahkan sedikit dari jawaban anda.
    Saya akan menambahkan sedikit jawaban mengenai nomor 2. Tentang eter. Seperti yang kita tahu, Dietil eter (CH3 ⎯ CH2 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3) adalah salah satu contoh dari eter. Dan Dietil eter cenderung membentuk peroksida, dan bisa menghasilkan ledakan dietil eter peroksida. Eter peroksida bertitik didih lebih tinggi dan saat berada dalam keadaan kering bersifat mudah meledak ketika disentuh.
    Terimakasih

    BalasHapus

  3. Saya akan menambahkan sedikit jawaban pada nomor 2. Pada umumnya, eter bersifat racun, tetapi jauh lebih aman jika dibandingkan kloroform untuk keperluan obat bius. Penggunaan eter harus hati-hati karena mudah terbakar. Umumnya eter dibuat dari dehidrasi alkohol. Dietil eter dapat dibuat melalui pemanasan etanol dengan asam sulfat pekat pada suhu sekitar 140 °C hingga reaksi dehidrasi sempurna. Seperti yang kita tahu, dietil eter secara luas dipakai sebagai pelarut untuk lemak, lilin, atau zat-zat lain yang kurang larut dalam air. Namun, Divinil eter (CH2=CH–O–CH=CH2) memiliki kemampuan anastetik tujuh kali lebih besar daripada dietil eter.

    BalasHapus
  4. Baiklah, saya akan menambahkan sedikit jawaban soal nomor 2 tentang kegunaan alkohol.
    1)  Alkohol banyak dimanfaatkan sebagai pelarut, misalnya pelarut kosmetik (astringent) dan bedak cair.
    2) Bahan antiseptik, misalnya untuk sterilisasi alat-alat kedokteran.
    3)  Bahan bakar, misalnya spiritus yang merupakan campuran etanol dan metanol. Spiritus diberi zat warna untuk menandai bahwa spiritus bersifat racun agar tidak diminum, sebab metanol merupakan alkohol yang beracun dan dapat menimbulkan kebutaan.
    4) Sebagai bahan baku untuk membuat senyawa kimia lainnya, misalnya pembuatan asam cuka.
    5)  Etilen glikol (etanadiol) digunakan sebagai zat antibeku yang ditambahkan pada air radiator mobil di negara dengan empat musim.

    BalasHapus
  5. Saya akan mencoba menjawab permasalahan anda. Menurut literatur yang saya baca 
    Berikut ini ada beberapa petunjuk yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu nukleofil adalah kuat atau lemah.
    1. Ion nukleofil bersifat nukleofil. Anion adalah pember elektron yang lebih baik daripada molekul netralnya. 
    2. Unsur yang berada pada periode bawah dalam tabel periodik cenderung merupakan nukleofil yang lebih kuat daripada unsur yang berada dalam periode di atasnya yang segolongan. 
    3. Pada periode yang sama, unsur yang lebih elektronegatif cenderung merupakan nukleofil lebih lemah (karena ia lebih kuat memegang elektron). 
    Karena C dan N berada dalam periode yang sama, tidak mengherankan jika pada ion -:CN: , yang bereaksi adalah karbon, karena sifat nukleofilnya lebih kuat.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HIBRIDISASI ATOM KARBON,NITROGEN DAN OKSIGEN

REAKSI RADIKAL BEBAS

REAKSI SUBTITUSI DAN REAKSI ELIMINASI PADA SENYAWA ORGANIK